Keunggulan perusahaan dibandingkan pesaingnya adalah apabila
perusahaan dapat memenuhi semua kebutuhan pelanggannya. Untuk tujuan ini
perusahaan mempersiapkan berbagai strategi. Dalam bidang Sistem Informasi,
Keunggulan Kompetitif berhubungan dengan penggunaan informasi untuk memperoleh
pengaruh di pasar.
Kesimpulannya, para Manajer perusahaan harus menggunakan
sumber daya konsepsual (data dan informasi) dan sumber daya fisik dalam
mencapai tujuan strategis perusahaan.
Kompetisi merupakan karakteristik positif dalam bisnis,
persaingan alami dan sehat adalah pendukung majunya suatu pasar. Persaingan ini
mendorong upaya untuk mendapatkan keunggulan kompetitif di pasar, oleh
karenanya diperlukan kemampuan kompetitif yang signifikan pada berbagai bagian
dari perusahaan. Hal ini ditujukan untuk menjaga bisnis terhadap ancaman
pendatang baru.
Competitive Forces and
Strategies
Lima strategi kompetensi dasar dalam bersaing yakni:
1.
Strategi Kepemimpinan Biaya (Cost Leadership
Strategy)
Menjadi produsen rendah biaya
dalam menghasilkan barang dan jasa, atau membantu menurunkan biaya bagi pemasok
dan pelanggan, sehingga pesaing memiliki biaya produksi yang lebih tinggi.
2.
Strategi Diferensiasi (differentiation strategy)
Mengembangkan cara-cara untuk
membedakan produk dan layanan dari para pesaing atau mengurangi keunggulan
diferensiasi dari pesaing. Strategi ini memungkinkan perusahaan untuk fokus
pada produk atau jasa untuk memberikan keuntungan dalam segmen pasar yang
unik/niche market.
3.
Strategi Inovasi (innovation strategy)
Menemukan cara baru dalam
melakukan bisnis. Strategi ini dapat melibatkan pengembangan produk dan atau
jasa yang unik guna memasuki pasar yang unik /niche market. Hal ini juga dapat
melibatkan perubahan radikal dalam proses bisnis untuk memproduksi atau
mendistribusikan produk dan layanan dari mayoritas jenis dan cara yang ada.
4.
Strategi Pertumbuhan (growth strategy)
Secara signifikan memperluas
kapasitas perusahaan untuk menghasilkan barang dan jasa, ekspansi ke pasar
global, diversifikasi ke produk dan jasa baru, atau mengintegrasikan ke dalam
produk dan jasa terkait.
5.
Strategi Aliansi (alliance strategy)
Membentuk hubungan bisnis
baru/aliansi dengan pelanggan, pemasok, pesaing, konsultan, dan perusahaan
lain. Hubungan ini bisa berupa merger, akuisisi, usaha patungan, pembentukan
"perusahaan virtual," atau pemasaran lainnya, manufaktur, atau
perjanjian distribusi antara pelaku usaha dengan mitra dagangnya.
Investasi didalam teknologi informasi dapat mendukung
perusahaan dalam bersaing, berikut adalah gambaran peran teknologi informasi
dan contoh penerapannya.
- Penerapan teknologi informasi akan meminimalkan biaya bisnis proses, baik
- dalam hubungannya dengan konsumen maupun supplier.
- Meningkatkan service / layanan yang diberikan kepada pelanggan.
- Pemanfaatan teknologi informasi meminimalkan pesaing.
- Inovasi produk baru yang melibatkan teknologi informasi sebagai komponennya.
- Menciptakan pasar yang baru.
- Meningkatkan kualitas dan efisiensi serta mempersingkat waktu layanan pelanggan,
- Menggunakan IT untuk pengembangan bisnis (business development), mengatur bisnis secara regional dan global.
- Membangun system informasi yang terhubung dengan internet dan extranet untuk support hubungan bisnis dengan costumer, supplier, subcontractor, dsb.
Strategi Dasar Bisnis Dengan
Memanfaatkan IT
Sedangkan strategi kompetitif lainnya adalah dengan cara
investasi di bidang teknologi informasi yang memungkinkan perusahaan untuk
membangun kemampuan TI strategis sehingga mereka dapat memanfaatkan peluang
yang ada. Dalam beberapa kasus, hal ini terjadi ketika sebuah perusahaan
berinvestasi dalam sistem informasi berbasis komputer untuk meningkatkan
efisiensi proses bisnis internal. Kemudian, dengan berbekal platform teknologi
strategis, perusahaan dapat memanfaatkan investasi di bidang TI dengan
mengembangkan produk dan layanan baru yang tidak akan mungkin berhasil tanpa
dukungan TI yang kuat. Contohnya saat ini yang penting adalah pengembangan
lebih lanjut jaringan intranet perusahaan dan ekstranet, yang memungkinkan
mereka untuk meningkatkan efek dari investasi sebelumnya dibidang internet
browser, PC, server, dan client / server jaringan.
Building costumer value via internet
Jika suatu perusahaan menginvestasikan uangnya untuk
mengembangkan sistem informasi, membuat aplikasi, dan memasang jaringan
komputer maka hubungan antara biaya IT dan kinerja perusahaan dapat dinyatakan
secara sederhana yaitu: manfaat yg diterima melebihi biaya yang diinvestasikan,
karena IT dinilai dapat meningkatkan kinerja organisasi.
Nilai investasi TI
adalah kemampuan organisasi utk mengidentifikasikan dan mengukur penambahan
dampak manfaat dan positif yang berkaitan dengan penerapan TI dalam operasi
bisnisnya.
IT Governance Focus
Area (Area focus Tatakelola TI)
(Source : www.itgi.org)
Area focus Tatakelola IT Perusahaan
·
Strategic alignment: fokus pada
kepastian hubungan bisnis dan perencanaan TI: penetapan, pemeliharaan dan
validasi usulan nilai tambah TI; dan keselarasan operasi TI dengan operasional
perusahaan.
·
Value delivery: mengenai pelaksanaan
usulan nilai tambah melalui siklus pengantaran, memastikan bahwa TI memberikan manfaat untuk strategi, konsentrasi
pada optimasi biaya dan memberikan nilai tambah perusahaan dari TI
·
Resource management: mengenai
investasi optimal, dan manajemen yg sesuai, sumberdaya yg kritis: aplikasi,
informasi, infrastruktur dan orang. Kunci sukses berkaitan dengan optimasi pengetahuan
dan infrastruktur.
·
Risk Management: memerlukan
kesadaran pegawai senior, pengertian yg jelas mengenai resiko perusahaan,
mengerti persyaratan kebutuhan, transparansi resiko bagi perusahaan dan
tanggung jawab manajemen risiko dalam organisasi.
·
Performance measurement: menjajaki
dan memonitor penerapan strategi, pemenuhan proyek, penggunaan sumberdaya,
proses kinerja dan mengantarkan bisnis, penggunaan, contoh, balanced scorecard
yg menterjemahkan strategi ke dalam kegiatan utk mencapai tujuan yg dapat
diukur melebihi akuntasi yg conventional.
Information System in
Value Chain
Keuntungan-keuntungan penerapan teknologi IT di perusahaan
adalah :
1. Efisiensi tenaga kerja karena pekerjaan yang manual
diotomatiskan.
2. Memperpendek rantai birokrasi dan waktu kerja sehingga
berpengaruh pada penghematan biaya.
3. Dengan tersedianya data dan informasi yang up to date
maka pengambilan keputusan dapat lebih cepat, sehingga menjadikan perusahaan
lebih kompetitif terhadap pesaingnya.
4. Penghematan biaya pemasaran dan promosi produk dan jasa
yang ditawarkan perusahaan, karena menggunakan website perusahaan yang juga
berfungsi sebagai online company profile dan memperluas pangsa pasar.
5. Dengan penerapan teknologi informasi pada operasional
perusahaan maka system dapat terintegrasi di semua bagian sehingga dapat memudahkan
arus informasi dan kecepatan respon terhadap suatu masalah.
Jadi dengan pemanfaatan teknologi informasi maka akan
memudahkan arus informasi secara internal maupun eksternal perusahaan,
meminimalkan resiko factor human error dan efisiensi di segala bidang, tentunya
hal ini akan berpengaruh pada margin keuntungan yang didapat perusahaan secara
akumulatif.
Selain itu peran teknologi IT dalam perusahaan adalah
menciptakan value (nilai tambah) bagi pelanggan perusahaan, dimana dengan
penerapan IT maka layanan kepada pelanggan makin cepat dan baik sehingga
pelanggan puas dengan pelayanan yang diterimanya, hal itu dapat menciptakan
loyalitas sehingga pelanggan tersebut bersedia menjadi konsumennya untuk jangka
panjang. Loyalitas pelanggan merupakan hal yang didambakan oleh tiap perusahaan
karena mempengaruhi stabilitas income perusahaan.
Contoh Keunggulan Kompetitif
Perusahaan
Selasa (22/03/16) , di Jakarta terjadi demo besar dan
anarkis. Para sopir taksi “Blue Bird” menutup dan memblokade ruas jalan,
melakukan sweeping, serta menghancurkan mobil dan motor. Mereka menuntut
pemerintah menutup taksi yang berbasis aplikasi online, Uber dan Grab Car.
Alasannya adalah pendapatan para sopir
yang cenderung menurun selama tiga bulan terakhir seiring semakin
populernya Grab dan Uber.
Turun ke jalan dengan emosi tinggi, mogok kerja,
memprovokasi, dan meneriakkan kepentingan, tampaknya menjadi solusi bagi para
sopir. Dengan berdemo, mereka berharap pemerintah akan menjadi dewa penolong
untuk menghentikan laju usaha lain yang sejenis, sehingga pemakaian jasa mereka
kembali meningkat. Dengan peningkatan frekuensi pemakaian jasa mereka, tentu
akan berdampak positif dengan pendapatan harian mereka.
Tetapi para pendemo tampaknya lupa, bahwa sopir Grab dan
Uber juga mempunyai profesi yang sama dengan mereka, yang juga ingin mengais
rezeki mencari sesuap nasi seperti mereka. Kecemburuan ini sangat tidak adil.
Grab dan Uber sebagai pendatang baru di dunia transportasi Jakarta, harus
di”mati”kan dengan alasan merampas lahan bisnis mereka. Toh, Primajasa,
Ekspress, Gamya, Taxiku, Cipaganti, dan lain-lain juga perusahaan yang bergerak
di bidang yang sama. Masih banyak solusi lain, yang bisa sama-sama membantu,
sehingga semuanya bisa eksis tanpa ada yang dikorbankan.
Perseteruan para sopir lebih terlihat sebagai perseteruan
perusahaan Blue Bird dengan kompetitornya GrabCar dan Uber. Blue Bird,
perusahaan taksi konvensional, semakin merasa terganggu dengan kehadiran taksi
yang berbasis aplikasi/online. Kecemburuan ini ditambah lagi dengan segala
kemudahan, kemewahan, dan harga yang bersahabat. Sementara taksi konvensional
yang selama ini mendominasi seluruh kota, akan menghadapi pesaing baru yang
menawarkan kemudahan tanpa harus melambaikan tangan di pinggir jalan, tapi
cukup memesan dari tempat tidur maka taksinya akan datang.
GrabCar dan Uber adalah
jasa penyedia mobil pribadi yang bisa disewa untuk satu tujuan ke tujuan
lainnya. Mobil yang dipakai pelat hitam, tapi
bisa disewa untuk perjalanan point to point dan jam-jaman. Menurut Pasal
30 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 35 Tahun 2003 mengenai Angkutan Sewa,
dijelaskan bahwa angkutan sewa adalah pelayanan dari pintu ke pintu dengan
wilayah tidak terbatas, dengan tarif yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan
antara pengguna jasa dan penyedia jasa, diperbolehkan menggunakan mobil
penumpang umum dengan pelat hitam.
Selain memesan lewat aplikasi di HP, tarif yang digunakan Grab dan Uber
pun hanya menggunakan hitungan kilometer.
Taksi konvensional lain menggunakan tarif progresif dengan hitungan
kilometer dan waktu tempuh. Dengan jarak tempuh yang sama, taksi Grab dan Uber
akan lebih murah, mengingat Jakarta lebih banyak macetnya.
Kemudahan dan
kelebihan fasilitas Grab dan Uber inilah yang dipermasalahkan oleh para sopir.
Pengguna jasa, tentu akan lebih memilih jasa mereka, walaupun tidak ada data secara
pasti. Menurut penulis, pengguna jasa transportasi yang malas membuka aplikasi
juga banyak, mereka lebih senang berdiri di pinggir jalan, melambaikan tangan,
dan segera menuju ke tempat tujuan, walaupun tarif lebih mahal.
Penulis juga sering menemui, sopir taksi Blue Bird yang
“nakal” menurut istilah saya, yang tidak mau menggunakan argometer-nya, dan
lebih memilih bernegosiasi harga, yang bisa dipastikan lebih mahal dari harga
tarif sebenarnya. Seandainya pihak perusahaan mengetahui kelakuan sopir ini,
pastilah ia akan dipecat, karena bekerja tidak sesuai standar pelayanan mereka.
Bisnis Online Simbol Inovasi Kalau alasan menghentikan taksi
Grab dan Uber karena pendapatan mereka yang semakin menurun, maka tentu tak
bisa dijadikan pembenaran, karena saat ini , setiap bisnis real sudah pasti
akan diiringi bisnis online. Soal harga, mereka bisa meminimalkannya. Itulah
keunggulan mereka. Kalaupun ingin pemerataan tarif, pihak yang bertikai bisa
duduk satu meja dengan pihak Organda, DLLAJ, dan sebagainya, bukan dengan cara
“menutup” aplikasi bisnis mereka. GrabCar dan Uber, adalah simbol inovasi
kemajuan zaman. Sebuah perusahaan untuk tetap eksis haruslah memiliki daya
saing dan inovatif. Pengelolaan bisnis harus mampu menciptakan keunggulan
kompetitif, yang berbeda dan sulit ditiru oleh perusahaan lain. GrabCar dan
Uber menemukan inovasi dalam persaingan atau strategi pemasaran, serta
meningkatkan pelayanan, sehingga berpeluang bertahan dalam jangka panjang.
“Berinovasi atau mati” adalah ungkapan yang sangat terkenal dalam dunia bisnis.
Sumber :
http://www.kompasiana.com/alipirbudiman/belajar-dari-taksi-grab-dan-uber_5700f03bd592736f13eb
Reference
McLeod, Jr., Raymond & George P. Schell. Management
Information System. (terjemahan), Jakarta: PT. INDEKS, 2007. Edisi 10, 2008
Kenneth C. Laudon, Jane P. Laudon, sistem Informasi
Manajemen, Mengelola Perusahaan Global, Jakarta, Salemba Empat, Edisi 12, 2008
O’Brien, James A. Introduction to Information Systems.
(terjemahan). Jakarta: Salemba Empat, 2006. Edisi keduabelas
0 komentar: